
Salingka Media – Marawa merupakan bendera kebesaran Minangkabau dalam adat Minangkabau bukan hanya sekedar umbul-umbul, tetapi punya arti dan makna tersendiri bagi masyarakat Minangkabau.
Marawa dan warna-warnanya bersumber dari Tambo Alam Minangkabau serta telah digunakan sejak zaman Kerajaan Pagaruyung pada abad ke-14 Masehi.
Sekilas Marawa terlihat sama dengan bendera negara Jerman, bedanya kalau bendera Jerman warna Hitam, Merah dan Kuning dari atas ke bawah.
Sedangkan Marawa dari Kiri ke Kanan (tegak) yang melambangkan tagak samo tinggi duduak samo randah.
Hitam melambangkan kaum ninik mamak (tetua adat), merah melambangkan ulama, dan kuning melambangkan cadiak pandai (cerdik pandai).
Ketiga unsur ini dikenal dengan istilah tigo tungku sajarangan.
Marawa juga merupakan lambang atau pencerminan wilayah Adat Luhak Nan Tigo.
Marawa Minangkabau terdiri dari dua macam, yang pertama :
Marawa Kebesaran Adat Minangkabau, perpaduan empat warna yaitu, hitam, kuning, merah dan putih.
(Tiang) Melambangkan mambasuik dari bumi.
(Hitam) Melambangkan tahan tapo serta mempunyai akal dan budi.
(Kuning) Melambangkan keagungan, punya undang-undang dan hukum.
(Merah) Melambangkan keberanian, punya raso jo pareso.
(Putih) Punya alua dan patuik, kesucian dan kemurnian serta kebaikan yang bersumber pada ajaran agama, dalam hal ini agama Islam selaku agama masyarakat Minang.
Biasanya dipakai atau dipasang ketika Upacara Adat Kebesaran Ninik Mamak Pemangku Adat (urang ampek jinih dan jinih nan ampek) dan juga ketika pelantikan/pengambilan sumpah penghulu, manti, malin dan dubalang.
Marawa empat warna di pasang kiri-kanan gerbang tempat acara adat, didampingi yang berwarna sesuai dengan jabatan yang diangkat (satu warna).
Marawa Bendera Kebesaran Alam Minangkabau (Tiga warna).
Marawa tiga warna merupakan Bendera Kebesaran Alam Minangkabau, dimana bendera ini memiliki tiga warna yang mewakili masing-masing daerah luhak (daerah induk) di Minangkabau (luhak nan tigo).
Makna warna Marawa Kebesaran Alam Minangkabau untuk Setiap warna-warna tersebut mempunyai arti sendiri tidak terkecuali tiangnya.
Kuning : Nan tuo luhak tanah data warnanyo kuniang lambangnyo kuciang tando batuah rang babanso (Melambangkan Keagungan, punya undang-undang dan hukum dengan kebesaran Luhak Tanahdatar).
Jika acara di wilayah Luhak Tanahdatar, maka warna Kuning Sebelah Luar.
Merah : Nan tangah Luhak Agam warnanyo sirah simbolnyo harimau tando urang bagak bapandirian (Melambangkan keberanian punya raso jo pareso dengan kebesaran Luhak Agam).
Jika acara di wilayah Luhak Agam maka warna Merah Sebelah Luar.
Hitam : Nan bunsu Luha Limopuluah maskotnyo sikambiang hitam urang nan tabah bijaksano saba jo rela pakaianyo (Melambangkan tahan tapo serta mempunyai akal dan budi dengan kebesaran Luhak Limopuluah Kota).
Jika acara di wilayah adat Luhak Limopuluah Kota, maka warna Hitam Sebelah Luar.
Tiang : Melambangkan mambasuik dari bumi yaitu Musyawarah menjadi inti dalam mengambil kebijaksanaan, rakyat selalu dilibatkan dalam mengambil ketetapan.
Saat ini Marawa tiga warna biasanya dipasang ketika acara nasional atau acara daerah serta acara keagamaan, seperti Peringatan 17 Agustus dan hari nasional lainnya, peringatan hari besar Islam (Idul fitri, Idul Adha, Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, 1 Muharram dan lain sebagainya).
Juga ketika pelantikan/pengambilan sumpah pejabat nasional dan daerah atau menyambut kunjungan para pejabat Internasional, nasional dan daerah sewaktu berada di Sumatera Barat atau Ranah Minang.
Marawa tiga warna dipasang kiri kanan gerbang tempat upacara pelantikan pejabat di tempat acara tersebut sedangkan yang mendampinginya adalah marawa berwarna satu, berwarna dua yang diambil dari warna kebesaran alam Minangkabau.
Juga dipasang ketika melaksanakan alek nagari (pesta rakyat), baralek (pesta pernikahan) dll.
Dikutip dari : Anak-Anak Minang
Sumber: (Palanta Minang, Asrul Again dan berbagai sumber lainya)